Dead stock selalu menjadi hal yang menakutkan bagi para pelaku usaha di bidang jual beli produk. Sebab, semakin banyak dead stock maka sudah bisa dipastikan akan semakin besar kerugian yang dirasakan oleh suatu usaha. Apalagi untuk usaha dengan modal terbatas seperti toko kelontong. Bagi para pemilik usaha ini, perputaran modal yang cepat merupakan hal yang sangat utama. Itulah sebabnya, pembahasan mengenai cara mengatasi dead stock sering dibicarakan oleh komunitas toko kelontong saat sharing pengalaman.
Lalu, apakah sebenarnya penyebab dari dead stock tersebut? Sebelum kita bahas ke penyebabnya, ada baiknya jika kita membahas lebih dalam terlebih dahulu apa itu dead stock.
Sesuai dengan arti dari kata โdeadโ dan โstockโ yaitu stok mati, istilah dead stock digunakan untuk menggambarkan produk yang sudah lama tidak terjual dan terkadang sampai produk ini sudah melewati tanggal kadaluarsa. Produk yang masuk ke dalam kategori dead stock artinya tidak akan pernah dapat dijual sampai kapanpun. Dengan begitu Anda tidak akan pernah mendapatkan keuntungan dari produk tersebut bahkan tidak juga untuk pengembalian modalnya.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya dead stock, antara lain:
- Double order
Anda sudah membeli suatu produk dan membelinya lagi meskipun produk yang sebelumnya belum terjual. Akibatnya, dalam gudang Anda akan terdapaat produk yang sama dengan jumlah yang melebihi kebutuhan Anda. Jika produk ini termasuk produk yang cepat terjual, maka hal tersebut bukan masalah. Namun, bagaimana jika produk yang dibeli adalah produk yang sulit atau membutuhkan waktu lama untuk dijual? Maka risiko terjadinya dead stock akan semakin besar.
- LIFO (Last In First Out)
Baik retailer besar maupun toko kelontong harus selalu menerapkan sistem FIFO (first in first out). Artinya untuk barang yang sama, Anda harus menjual yang paling pertama dibeli terlebih dahulu baru barang yang baru dibeli. Sayangnya, mereka justru banyak yang menerapkan LIFO (last in first out) atau menjual barang yang baru terlebih dahulu baru barang yang laama. Hal ini bisa terjadi karena malas membongkar atau sedang terburu-buru, sehingga memilih untuk mengambil barang baru dan barang lama tetap tersimpan di gudang. Atau, mereka bingung mana barang yang lama dan baru sehingga asal saja mengambilnya. Akibatnya ketika menyadari adanya tumpukan barang lama, barang-barang tersebut sudah kadaluwarsa sehingga menjadi dead stock.
- Analisa data yang salah
Meskipun usaha Anda hanyalah toko kelontong, melakukan analisa data merupakan hal yang penting. Tidak usah terlalu ribet, cukup analisa barang apa yang sering dibeli atau dicari konsumen dan barang apa yang hampir tidak pernah dicari. Ada baiknya jika Anda menghindari untuk membeli produk yang jarang atau bahkan tidak pernah dicari oleh konsumen. Apalagi jika barang tersebut bersifat tidak tahan lama.
Meskipun terdengar sederhana, mengabaikan masalah dead stock bisa memberikan kerugian yang besar pada Anda. Jadi ada baiknya jika tidak diabaikan begitu saja.