Program bayi tabung sering dijadikan alternatif bagi banyak pasangan suami istri yang mendambakan memiliki keturunan, tetapi belum diberikan hingga bertahun-tahun menikah. Meskipun biaya yang dibutuhkan tidak ssedikit dan juga prosedur program yang rumit dan melelahkan, tetapi demi mewujudkan impian memiliki buah hati, hal tersebut bukan masalah.
Dengan banyaknya pengorbanan yang sudah Anda berikan, pastinya Anda tidak ingin program ini mengalami kegagalan, kan? Untuk itu, ketahuilah beberapa penyebab kegagalan program bayi tabung agar bisa mengantisipasinya:
- Usia
Semakin tua usia ibu yang melakukan program ini, akan semakin kecil kemungkinan untuk berhasilnya. Secara garis besar, berikut ini persentase kemungkinan keberhasilan program bayi tabung berdasarkan usia:
- 50% untuk usia di bawah 30 tahun
- 35% untuk usia 30-35 tahun
- 10%-15% untuk usia 36-40 tahun
- 8% untuk usia di atas 40 tahun
- Kualitas dan kuantitas sel telur
Pada saat melakukan program ini, ovarium ibu akan dirangsang menggunakan obat IVF. Jika ovarium memberi respon yang baik, maka akan menghasilkan banyak sel telur selama fase rangsangan ini. Namun, ketika ovarium merespon dengan buruk maka sel telur yang dihasilkan bisa sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Biasanya terjadi pada wanita dengan tingkat FSH (follicle stimulating hormone) yang tinggi atau jumlah antral folikel yang rendah.
Selain faktor jumlah sel telur yang dihasilkan, kualitas dari sel telur juga sangat memengaruhi keberhasilan program bayi tabung. Biasanya kualitas sel telur ini akan menurun ketika ibu memasuki usia 35 tahun.
- Kualitas dan kuantitas sperma
Tidak hanya sel telur saja, kualitas dan kuantitas sperma juga memengaruhi keberhasilan program ini. Jumlah ideal sperma yang baik yaitu di atas 20 juta per cc. Sementara untuk kualitas sperma, biasanya disebabkan oleh kerusakan DNA sperma yang terjadi akibat banyak hal, seperti radikal bebas, penggunaan tembakau atau merokok, dan sebagainya. Sayangnya, sperma yang mengalami kerusakan DNA sering sulit dideteksi karena terkadang semua terlihat normal saat dilakukan analisa. Padahal, sebuah studi menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada sperma ternyata lebih tinggi daripada sel telur.
- Pemilihan embrio
Pada program bayi tabung, proses pembuahan dilakukan di luar rahim dan kemudian ditanamkan kembali ke rahim. Embrio yang akan ditanam adalah embrio yang telah melalui berbagai analisa untuk dicari yang terbaik oleh ahli embrio.
Meskipun begitu, kemampuan analisa dalam pemilihan embrio ini terbilang masih terbatas. Sehingga terkadang sulit membedakan antara embrio yang normal dengan embrio abnormal.
- Kegagalan implantasi
Untuk dapat berkembang dengan baik, embrio harus menempel dengan sempurna pada dinding rahim. Ketika dinding rahim gagal “menangkap” embrio tersebut, maka sudah pasti embrio tidak bisa berkembang secara normal dan masalah ini adalah penyebab terbesar kegagalan program bayi tabung.
Penyebabnya umumnya adalah karena kelainan kromosom atau genetik pada embrio yang membuatnya terlalu lemah untuk dapat berkembang. Sayangnya, untuk penyebab ini hingga saat ini belum ada yang bisa menyelesaikannya.
Meskipun ada beberapa penyebab kegagalan yang bisa dikatakan sulit untuk dicegah, tetapi Anda bisa memperkecil kemungkinan kegagalan program bayi tabung dengan:
- Menjaga pola hidup sehat
- Menjaga kesehatan tubuh
- Kelola stres
- Melakukan konsultasi tepat waktu
Semoga informasi di atas bermanfaat dan program bayi tabung yang sedang Anda jalankan dapat berjalan dengan lancar, ya!